Cinta Rasulullah SAW...

Assalamualikum WBT...
Semoga sahabat semua berada dalam kesihatan yang baik di bawah lindungan Ilahi..
Kehadiran
Bulan Rabiul Awwal disambut meriah oleh umat Islam seluruh dunia bagi
memperingati kelahiran manusia agong yang diutuskan oleh Allah sebagai
Rahmat kepada seluruh alam.
Di
sini saya sertakan satu kisah sebagai renungan bagaimana kasih dan
sayangnya baginda kepada umatnya melebihi kasih pada dirinya sendiri.
Semoga kehadiran bulan Rabiul Awwal menambahkan lagi kasih kita kepada
Baginda S.A.W.
>>>>Sebagai renungan bersama sempena menyambut peristiwa kelahiran Rasululllah S.A.W yang tercinta.
Saat-saat Kewafatan Baginda S.A.W
Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
'Bolehkah saya masuk?' tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, 'Maafkanlah, ayahku sedang demam', kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian
ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, 'Siapakah itu wahai anakku?' 'Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,' tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenang.
'Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,' kata Rasulullah, Fatimah
pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian
dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. 'Jibril, jelaskan
apa hakku nanti di hadapan Allah?', tanya Rasululllah dengan suara yang
amat lemah.
'Pintu-pintu
langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.'Semua syurga
terbuka lebar menanti kedatanganmu,' kata Jibril. Tapi itu ternyata
tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. 'Engkau
tidak senang mendengar khabar ini?', tanya Jibril lagi.
'Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?'
'Jangan
khawatir, wahai Rasul ! Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammad telah
berada di dalamnya,' kata Jibril.
Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah
ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. 'Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.' Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan wajahmu Jibril?' Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal,' kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.'
Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. (اوصيكم بالصلاة وما ملكت أيمانكم) 'Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum' ('peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.')
Diluar
pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.(أمتي, أمتي, أمتي) 'Umatku, umatku, umatku'
Dan……
Berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Betapa cintanya Rasulullah kepada kita
الَّلهُمَّ صَلًّ وَسَلًّمْ وبَارِكْ عَلَى سَيًّدِنَا وحَبِيْبِنَا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Sejarah
tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti
Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam
hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha
mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu
perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau,
melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya
perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri
dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.
Beliau
pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh
istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan
tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu
dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang
tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling
sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui
hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak
marah.
Dalam
satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami sholat berjamaah,
para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa
susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah
seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah,
kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat.
Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku
sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali
Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi
tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”.
Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya,
Rasulullahpun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika
mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh sehelai
kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata,
batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh
Rasulullah SAW bergerak. Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah
bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan
mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan
lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan
demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku
sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini
sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang
kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
Teramat
agung pribadi Rasulullah SAW sehingga para sahabat yang ditanya oleh
seorang badui tentang akhlak beliau SAW hanya mampu menangis karena tak
sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau
diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri
tauladan yang baik sepanjang zaman.
Saudaraku,
sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia.
Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh
kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis
ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang
menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah
SWT.
Cukup
kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat islam khususnya yang
hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam
tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh
seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya
dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa
yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti Baginda.
Dalam
salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku
(Rasulullah Muhammad SAW) lebih dicintainya daripada ayahnya,
anak-anaknya dan seluruh manusia”(HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah
nanti akan di akui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumil
kiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan
beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak
beliau SAW semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama,
memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah
membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari
rasa cinta kita terhadapnya.
Saudaraku,
mari kita sampaikan salam dan sholawat kepada beliau SAW, yang
dengannya kita akan beroleh cinta dan Syafa’atnya kelak di yaumil
mahsyar. insya Allah…Amiin.
No comments:
Post a Comment